Hening dan khidmat, suasana di Concert Hall Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada Sabtu malam, (19/4/2205) ketika umat Hindu Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar malam perayaan Dharma Santi Hari Suci Nyepi Saka 1947 Tahun 2025. Perayaan ini menjadi penutup rangkaian Hari Raya Nyepi dan menjadi wadah spiritual untuk mempererat harmoni sosial serta meneguhkan nilai-nilai kebijaksanaan di tengah derasnya arus modernitas.
Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, yang hadir mewakili Gubernur DIY dalam pidatonya menyampaikan bahwa di tengah riuhnya dunia, umat Hindu masih dianugerahi ruang untuk merayakan makna terdalam dalam kesunyian.
“Nyepi bukan sekadar ritual, melainkan laku spiritual untuk menyepi dari keramaian dunia, kembali menyelami batin, dan menjalin harmoni dengan alam dan sesama," ujar Wakil Gubernur.
Mengangkat tema, Dengan Moderasi Beragama, Umat Hindu DIY Menjaga Harmonisasi dalam Era Digitalisasi Menyongsong Indonesia Emas 2045, perayaan Dharma Santi tahun ini menghadirkan pesan kuat tentang pentingnya menjaga nilai-nilai luhur di tengah kemajuan teknologi.
“Bahwa teknologi adalah alam. Tanpa arah yang benar, ia bisa mencerai-beraikan kemanusiaan. Namun jika dibalut kearifan dan spiritualitas, ia bisa menjadi jembatan menuju kesejahteraan bersama,” lanjutnya.
Beliau juga menekankan filosofi Jawa Haemayu Hayuning Bawana, yang selaras dengan semangat Nyepi: menjaga keseimbangan antara langit dan bumi, antara yang fana dan abadi.
Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) DIY, AKBP (Purn) I Nengah Lotama, turut memberikan sambutan yang mengajak umat Hindu untuk menjadikan Dharma Santi sebagai momentum spiritual yang bermakna.
“Dharma Santi bukan sekadar seremoni, tapi ajang untuk memurnikan diri, mencucikan hati, dan memperkuat hubungan sosial dengan semangat kasih,” katanya.
Ia menambahkan bahwa moderasi beragama bukan kompromi terhadap adat suci, tetapi bentuk kebijaksanaan dalam hidup berdampingan, menebar cinta kasih kepada semua makhluk.
“Manawa sewa dan Madawa sewa, melayani sesama manusia adalah bentuk pelayanan tertinggi kepada Yang Widhi. Ketika kita melayani dengan hati dan berkontribusi tanpa pamrih, itulah bakti sejati," imbuhnya.
Dalam konteks menuju Indonesia Emas 2045, umat Hindu diajak untuk memainkan peran strategis dalam pembangunan bangsa melalui kekuatan spiritual, intelektual, dan sosial yang dimiliki. Teknologi, bila digunakan secara bijak, menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan nilai-nilai dharma dan memperluas pengabdian kepada umat dan masyarakat.
Sementara itu, Ketua Panitia Nyepi 2025, I Nyoman Gunarsa, menyampaikan laporan serangkaian kegiatan Nyepi 2025 yang telah dilaksanakan diantaranya; sarasehan lintas iman, bakti sosial, Melasti pantai Ngobaran dan Parangkusumo, Saka Yoga Festival 2025, Saka Bhoga Sevanam, dan Tawur Agung Nasional yang dihadiri oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming, Menteri Agama RI, Wakil Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam X, serta jajaran Forkopimda, para Bupati/Walikota DIY. Acara Dharma Shanti, diakhiri dengan do’a kebangsaan sebagai penutup. (Fza)