Yungki Edutoys, Konsisten Produksi Mainan Edukasi Anak di Tengah Gempuran Produk Luar

Kue lapis, tentu ini tidak asing. Tapi kalau puzzle berlapis, seperti apa bentuknya? Puzzle berlapis adalah mainan edukasi anak berupa puzzle tiga dimensi buatan Yungki Edutoys. Siti Rachma Yuliati (61), pemilik Yungki Edutoys, menyebut puzzle berlapis ini dengan puzzle metamorfosa.

“Dengan puzzle ini, anak-anak bisa mengenal proses metamorfosis hewan-hewan seperti kupu-kupu hingga katak. Tiap lapisan puzzle menampilkan proses perubahan hewan-hewan tersebut,” ujar Siti Rachma Yuliati saat ditemui di workshop Yungki Edutoys, Senin (20/10/2025).

Yungki Edutoys terletak di Jl. Ahmad Wahid No.4, Ngentak, Baturetno, Banguntapan, Bantul. Sejak tahun 2010, Siti Rachma Yuliati berkutat memproduksi ratusan model mainan edukasi anak seperti aneka jenis puzzle, maze, bingkai geometri, papan pasak silinder, balok angka, balok abjad, dan lain sebagainya. Seluruh mainan tersebut dibuat dari kayu MDF dan menggunakan cat non toxic.

“Aman untuk anak. Kami juga sudah punya standar sesuai SNI,” klaim Siti Rachma Yuliati.

Siti Rachma Yuliati atau akrab disapa Yungki—yang juga jadi asal-usul penamaan Yungki Edutoys—memang baru memulai bisnis ini pada tahun 2010. Tapi dunia anak, bukan sesuatu yang asing. Mainan edukasi anak, seperti karib lama, tak pernah pergi dari memori Yungki.

“Ibu saya dulu guru TK. Kalau mengajar, pakai alat peraga agar lebih berkesan dan mudah dipahami. Kadang-kadang, saya membantu sampai dikira jadi guru TK juga,” kelakar Yungki. 

Saat membantu ibunda, Yungki masih usia belia. Lalu kesempatan itu datang ketika suaminya pindah kerja di Jogja pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, ia meminta izin untuk memulai bisnis mainan edukasi anak. Alasannya bukan sekadar nostalgia. Tapi juga kesadaran penuh bahwa mainan-mainan ini turut berdampak pada kemampuan motorik anak. 

Lima belas tahun bergelut pada mainan edukasi anak, bukan berarti Yungki Edutoys tidak menemui halang rintang. Seiring berjalannya waktu, Yungki Edutoys harus bersaing dengan mainan-mainan impor. Gempuran produk luar ini cukup deras. Namun Yungki Edutoys tidak gentar.

“Omzet memang menurun. Apalagi pasca covid. Pernah berbulan-bulan tidak ada income. Tapi kami tetap ikhtiar. Kami ada 13 pegawai yang rata-rata di atas kepala empat. Kalau kami tidak produksi dan mereka harus berhenti bekerja, akan sulit mencari lapangan kerja baru,” tutur admin penjualan Yungki Edutoys, Arif Kurniawan.

Lebih lanjut, Arif mengatakan Yungki Edutoys mulai melancarkan strategi-strategi anyar. Jika mulanya Yungki Edutoys bersandar pada lembaga TK dan PAUD sebagai pasar utama, kini mereka mulai memutar otak. Pemasaran online mulai dijamah. Penjualan person to person makin ditekuni. Penjualan perorangan, meski belum sepenuhnya mendongkrak penghasilan, cukup berhasil membuat Yungki Edutoys bertahan hingga kini.

“Kami menyadari tantangan ini. Maksudnya, mainan-mainan impor yang masuk ke Indonesia. Nggak papa. Kami tidak akan menurunkan standar. Kami percaya masih ada yang bisa melirik produk-produk kami,” ungkap Yungki.

Salah satu pembeli Yungki Edutoys, Anis Maulani, adalah satu dari sekian kustomer yang bisa menangkap nilai-nilai yang disisipkan Yungki Edutoys. Ibu satu balita ini punya alasan khusus mengapa setia membeli mainan di sini.

“Alasan saya membeli mainan di sini karena cukup awet. Warna-warni, menarik ya. Anak saya antusias memainkannya. Bagus juga karena anak saya jadi nggak main hape terus,” ujarnya.

Kepercayaan kustomer ini adalah modal kuat Yungki Edutoys untuk tetap memproduksi mainan edukasi. Dengan kisaran harga Rp10.000-Rp400.000, mainan-mainan Yungki Edutoys akan terus beredar mewarnai dunia anak kendati saingan pasar global terus mengekor. (Els)

Berbagi:

Pos Terbaru :