Refleksi Gempa Bumi, Gubernur DIY "Napak Tilas"

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan HB X, kunjungi jejak-jejak sesar (patahan) Opak yang disebut-sebut sebagai sumber gempa bumi tektonik 5,9 skala Richter yang mengguncang wilayah Yogyakarta pada 27 Mei 2006. Dalam kesempatan tersebut Sultan dipandu TIM dari UPN langsung menuruni sungai dan melihat jenis pasir di bibir sungai yang berlokasi di Potrobayan, Desa Srihardono Pundong.

Moto orang Jogjakarta, kelangan bondho podo karo ora kelangan opo-opo, kelangan nyowo podo karo kelangan separo lan kelangan harga diri atau martabat podo karo kelangan kabeh (kehilangan harta sama dengan tidak kehilangan apa-apa, kehilangan nyawa sama dengan kehilangan sebagian dan kehilangan harga diri sama dengan kehilangan semuanya), hal tersebut dikatakan Sultan di sela-sela kunjungan, Sabtu beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut dilakatan bahwa semangat untuk bangkit masyarakat Yogyakarta mendapat sanjungan dari berabagai negara. Kalau melihat keadaan gempa yang porak poranda mereka tidak percaya bahwa kehidupan akan pulih dalam waktu secepat itu.

Pada kesempatan tersebut Sultan juga berpesan, dengan bupati baru tentunya semangat baru. Sehingga para pengrajin yang mempunyai ciri khas seperti kipas dari kayu, bambo maupun kertas harus dilestarikan, namun harus ada sentuhan inovasi baru. Karena sekarang sudah banyak produk luar yang juga membanjiri Negara Indonesia dengan desain menarik. Jangan sampai bangsa sendiri malah membeli dari produk luar, padahal di sekitar kita tersedia.

Setalah dari Pundong , kunjungan di lanjutkan ke wilayah Kembang Songo, Trimulyo, Jetis untuk melihat bekas tambang batu yang memperlihatkan garis bekas gerakan batu. Menurut Tim dari UPN daerah tersebut perlu diselamatkan, karena sangat bagus untuk lokasi penelitian. (m)

Berbagi:

Pos Terbaru :