Hal diatas disampaikan oleh Gubernur DIY Sultan Hamengku Buana X saat menyampaikan pidatonya pada acara dialog dan penandatangan MOU pengembangan kawasan GMT antara Kelompok Perajin, Pemda Bantul dengan PT Madu Baru, UKDW, UPN Veteran, UMY dan UAJY di Pendopo Bambu Tembi Sewon Bantul, Jum'at (29/8).
"Untuk menaikkan produksi kerajinan maka kelompok-kelompok perajin juga harus aktif mengikuti pameran ditingkat daerah maupun nasional. Seperti jika berlangsung pameran kerajinan tingkat nasional di Jakarta selalu kami ikuti dengan menggelar pameran di Jogjakarta. Agar para buyer nasional maupun dari luar negeri yang datang di Jakarta melanjutkan untuk datang ke Jogjakarta disertai dengan melakukan teransaksi dengan para perajin DIY." ujar Sultan.
Pada acara yang dihadiri jajaran Pemkab Bantul, kecamatan, lingkungan pendidikan, berbagai paguyuban serta 75 kelompok perajin se Kab. Bantul tersebut Sultan menghimbau kepada para perajin di Bantul tetap selalu bersemangat dalam menghadapi berbagai suasana ekonomi yang sulit dengan meningkatkan kualitas diri serta memanaj usahanya dengan baik agar dapat memasarkan produksinya dengan sukses.
"Pemerintah hanya memberikan fasilitas untuk mendukung kelancaran para perajin. Seperti menyediakan Inlineport di sedayu untuk proses ekspor hasil kerajinan dari DIY, khususnya Bantul, karena DIY tidak mempunyai pelabuhan eksport seperti di Semarang." tandasnya.
Sementara Bupati Bantul Drs. HM. Idham Samawi dalam sambutannya mengajak hadirin yang mewakili rakyat Bantul untuk selalu bekerja dengan keras untuk mengatasi segala permasalahan terutama dalam situasi yang cukup sulit ini.
Dalam dialog diantaranya ada salah seorang guru SMP Negeri I Banguntapan yang mengusulkan kepada Gubernur DIY untuk mewajibkan pelajaran karawitan dan mocopat di semua tingkat pendidikan dari SD, SMP dan SMA di DIY sebagai mata pelajaran Mulog (Muatan Lokal), agar murid lebih mengenal budayanya sendiri. (Sit)