Sentra Kerajinan Kulit Manding: Warisan Seni yang Tetap Hidup

Manding, sebuah desa di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, telah lama dikenal sebagai sentra kerajinan kulit asli yang menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi. Keahlian dan dedikasi para pengrajin di Manding membuat hasil karya mereka diakui hingga ke berbagai penjuru Indonesia. Salah satu pengrajin yang terus melestarikan tradisi ini adalah Isrohadi, seorang pengrajin kulit yang telah menjalankan usaha keluarganya secara turun-temurun sejak tahun 1991.

Isrohadi adalah generasi kedua yang meneruskan usaha kerajinan kulit dari ayahnya. Dengan pengalaman lebih dari tiga dekade, ia telah mengembangkan usaha ini hingga memiliki jangkauan pasar yang luas, dari Bali hingga seluruh Indonesia.

“Saya sempat ngangsu kawruh di Bali dulu, setelah pulang dari Bali baru melanjutkan usaha ini“, tutur Isrohadi. Pengalaman yang diperoleh selama di Bali memberinya wawasan baru yang kemudian diterapkan dalam usaha kerajinan kulit di Manding.

Isrohadi bercerita, dalam sebulan ia mampu memproduksi hingga 100 buah kerajinan kulit, seperti tas, dompet, sabuk, dan aksesoris lainnya. Dari usaha ini, ia berhasil meraih pendapatan hingga 3 juta rupiah per bulan, sebuah pencapaian yang menunjukkan bahwa kerajinan kulit Manding tetap diminati oleh masyarakat.

Selama menjalankan usahanya, Isrohadi dibantu oleh beberapa karyawan. Yanto salah satu karyawan yang ditugaskan memproduksi berbagai kerajinan. Ia ditugaskan untuk membuat tali untuk tas, yang kemudian kain-kain perca sisanya ia produksi kembali menjadi souvenir.

Kerajinan kulit di Manding dikenal dengan kualitasnya yang tinggi, yang dicapai melalui proses pembuatan yang teliti dan penuh ketekunan. Proses ini dimulai dari pemilihan bahan baku kulit yang berkualitas. Kulit tersebut kemudian diproses melalui tahap penyamakan, yaitu proses pengawetan untuk menjaga keawetan dan fleksibilitas kulit.

Setelah kulit siap digunakan, pengrajin mulai menggambar pola sesuai desain yang diinginkan. Pola ini kemudian dipotong dengan hati-hati. Selanjutnya, potongan kulit tersebut dijahit secara manual atau menggunakan mesin jahit khusus untuk menyatukan bagian-bagian produk. Pada tahap akhir, produk dihias dengan detail seperti embossing atau pewarnaan untuk menambah nilai estetika. 

Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti persaingan dengan produk impor dan perubahan tren pasar, pengrajin seperti Isrohadi terus berkomitmen untuk menjaga kualitas dan keaslian produk mereka.

Kerajinan kulit Manding tidak hanya menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat lokal, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas budaya Kabupaten Bantul. Dengan kualitas yang diakui secara nasional, kerajinan ini membuktikan bahwa tradisi dapat tetap hidup dan relevan di era modern. (Ans)

 

 

Berbagi:

Pos Terbaru :