Dusun Kebosungu II, Dlingo, kini memiliki Gazebo Pojok Baca yang diresmikan langsung oleh Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, pada Selasa (15/4/2025). Gazebo Pojok Baca berukuran 2,5 x 2,5 meter ini dilengkapi satu almari buku yang memuat 100 buku. Untuk menambah koleksi bacaan, masyarakat diperkenankan menyumbang buku ke sini.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, turut berbahagia atas keberadaan Gazebo Pojok Baca di Kebosungu II karena dapat mendorong peningkatan indeks literasi masyarakat. Berdasarkan data yang dihimpun UNESCO, tingkat literasi Indonesia sangat rendah. Angka indeks literasi Indonesia hanya 0,001% atau 1/1000. Artinya, dari 1.000 orang, hanya satu orang yang senang membaca. Angka ini stagnan. Tidak berubah sejak tahun 2016. Hal ini menyebabkan Indonesia berada di rangking dua terbawah dari 61 negara yang disurvei oleh UNESCO. Padahal, minat baca berjalan lurus dengan kemajuan bangsa.
Lebih lanjut, Bupati menerangkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bantul tidak hanya mengejar pembangunan infrastruktur, tapi juga membangun sumberdaya manusia. Salah satunya dengan peningkatan literasi.
“Pembangunan tidak hanya infrastruktur. Kalau jalanan mulus, jembatan kokoh, penerangan jalan oke, tapi wawasan masyarakatnya rendah, ya pembangunan infrastruktur tadi sia-sia. Wawasan, ilmu pengetahuan, didapatkan dari literasi. Literasi tinggi, bangsa maju. Begitu juga sebaliknya. Literasi rendah, bangsa jalan di tempat,” terang Halim.
Keterangan ini diperkuat oleh pernyataan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Bantul, Sukrisna. Seiring meningkatnya minat baca, akan meningkat pula pemahaman masyarakat tentang kearifan lokal dan lingkungan sekitar.
Ia mencontohkan, saat dirinya menjadi Panewu Dlingo, ia memiliki satu kader PKK yang memiliki tingkat literasi yang baik. Kader PKK ini paham bahwa satu pohon memiliki peran sangat besar bagi lingkungan, salah satunya terkait cadangan air bersih. Satu pohon, memasok begitu banyak oksigen untuk kita bernapas. Satu pohon, menopang kehidupan makhluk hidup di sekitarnya.
“Dulu saya kenal kader PKK di Dlingo. Ketika bapaknya menebang satu pohon untuk dibuat meb, kader PKK ini akan menanam tiga pohon sekaligus. Karena ia tahu betul peran dan manfaat pohon. Ini bisa dilakukan karena tingkat literasinya baik. Dan penanaman pohon ini nyambung dengan kearifan lokal yang selama ini ia yakini,” jelas Sukrisna. (Els)