Hal itu dikemukakan oleh Nur Aziza, S.Si, Ketua GRAPYAK (Gerakan Anti Pornografi dan Pornoaksi Yogyakarta), pada acara Saresehan Good Parenting, Cara Cerdas Menghadapi Perkembangan Teknonologi Informasi di Era Keterbukaan, Minggu, 15 April di Bantul Terace, Bantul. Selain Nur Aziza, hadir sebagai nara sumber, Pihasniwati, S. Psi, Psikolog dari Pusat Psikologi Metamorfose dan Kawunigrum, ST, M.Si dari Kantor Pengolahan Data Telematika Kabupaten Bantul. Acara yang diselenggarakan oleh PD Salimah Bantul itu diikuti oleh kurang lebih 100 peserta, sebagain besar dari kalangan ibu-ibu.
Dampak pornografi sangat luar biasa. Apa yang telah dilihat ketika usia SD akan terus membekas sampai tua. Dia akan terus kecanduan untuk mengkonsumsi pornografi, seperti orang yang kecanduan psikotropika. Secara neurologis, dampak kerusakan otak yang ditimbulkan oleh pornografi sama dengan kerusakan karena kecanduan psikotropika, diantaranya menyebabkan kebodohan, jelas, Nur Aziza yang juga menjadi Ketua Bidang Dakwah Salimah DIY.
Sebagai surga pornografi ke dua setelah Rusia, Indonesia berada di peringkat pertama dalam jumlah pengunduh dan pengunggah situs prono. Ironinya, Mayoritas pengunduh masih berusia remaja, yaitu pelajar SMP dan SMA. Sementara itu 2,5 juta/tahun perempuan di Indonesia melakukan aborsi, 1,5 juta dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa akibat pergaulan bebas. Sedangkan di Yogyakarta, survey BKKBN tahun 2010, sebanyak 37% remaja putri sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Saat ini pornografi sudah tidak berjarak dengan kita. Pornografi ada di rumah-rumah kita, melalui tayangan TV, majalah, tabloid, komik, internet, VCD dan BVD, SMS, gambar dan video yang berisi pronografi di HP, laptop, PC, juga melalui gambar dan poster. Itulah ancaman generasi saat ini yang akan menyebabkan kehancuran di masa depan jika tidak kita sikapi dan atasi permasalahan dari akarnya, tambah Aziza.
Sementara itu Pihasniwati menekankan pentingnya peran orang tua agar anaknya tidak terjerumus dalam pornografi dan pornoaksi. Orang tua harus bisa menjadi model atau contoh bagi anaknya, cepat tanggap terhadap perilaku anaknya, mencegah perilaku yang bermasalah, selalu memberi arahan yang positif dan mengawasi interaksi sosial anaknya, jelasnya.
Sedangkan Kawuningrum mengatakan bahwa Pemkab Bantul saat ini rutin mengadakan razia di warnet-warnet. Selain itu pemkab juga membatasi akses face book bagi PNS pada jam kerja. Untuk menghindari pornografi, ketika di warnet hendaknya komputer di restart dulu. Jika hidup jangan langsung dipakai karena kemungkinan sebelumnya mengandung video porno. Selain itu untuk menghindari kejahatan di dunia maya, jangan membeberkan secara detail data pribadi. Pass word jangan memakai tanggal lahir , katanya.
Menurut Ketua PD Salimah Kabupaten Bantul, Indriana Prasetya Dewi, S.Pd., kegiatan sarsehan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Salimah terhadap persoalan yang ada di masyarakat kita. Saat ini Salimah Bantul sudah punya cabang di 5 kecamatan dan segera akan membentuk cabang di setiap kecamatan di Kabupaten Bantul. (dib)