Upacara dan Kirab Berpakaian Adat Jawa, Warnai Hari Jadi Bantul Ke-183,

Hari Jadi ke-183 Kabupaten Bantul diwarnai dengan upacara berpakaian adat jawa dan kirab budaya yang menyuguhkan potensi daerah serta launcing batik khas dengan motif "Ceplok Kembang Kates".

Dengan berambahnya usia, banyak PR yang harus di selesaikan oleh Pemerintah Bantul. Beberapa kebijakan yang harus dilaksanakan dalam waktu dekat yakni reformasi birokrasi dan pengentasan kemiskinan, hal tersebut dikatakan Bupati Bantul, Hj Sri Surya Widati, pada upacara hari jadinya Bantul ke 183, Minggu (20/7) di Lapangan Trirenggo Bantul.

"Bantul masih harus lebih professional terutama dalam pelayanan publik. Pembangunan harus lebih banyak melibatkan masyarakat sehingga semua merasa memiliki sehingga kesejahteraan cepat tercapai. Produk lokal sebagai ciri Bantul harus selalu dipromosikan agar geliat ekonomi lebih terasa," jelasnya.

Sementara Wakil Ketua Panitia Hari Jadi ke-183, Kabupaten Bantul, Sunarto SH MM menjelaskan, kirab melibatkan perwakilan masing-masing kecamatan dengan melibatkan masyarakat dan menampilkan potensi masing masing wilayah.

Potensi tidak harus berupa produk makanan, bisa juga kesenian yang tumbuh di tengah masyarakat, ujarnya.

Adapun tema yang diambil dalam HUT Bantul 183 yakni "Kita Kokohkan Kembali Semangat Kebersamaan, Guna Membangun Bantul Yang Harmonis, Inovatif, Berkualitas dan Bermartabat.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul, Sulistyanto, MPd menambahkan Batik motif Ceplok Kembang Kates merupakan ide Pemkab Bantul dan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Direncanakan batik dengan kombinasi warna merah dan hijau ini menjadi batik wajib yang akan dikenakan PNS setiap tanggal 20.

" Dua warna tersebut menggambarkan semangat kerja dan ikhlas membantu memberikan pelayanan. Motif Ceplok Kembang Kates berasal dari filosofis pepaya atau kates memiliki banyak manfaat, dari daun hingga akarnya. Sehingga, diharapkan PNS dapat bermanfaat bagi masyarakat," ujar Sulis

Prosesi kirab dimulai dari Lapangan Trirenggo lokasi digelarnya puncak Hari Jadi Bantul menuju Lapangan Paseban Bantul depan Kompleks Kantor Bupati Bantul. Setelah semua peserta sampai Lapangan Paseban langsung dilakukan proses serah-serahan sebelum dibagikan kepada warga masyarakat. Peserta kirab sangat beragam jenisnya, mulai kesenian jatilan sampai produk makanan dan hasil bumi. Bahkan salah satu peserta ada yang menampilkan minuman khas wedang uwuh. Tidak hanya dalam kemasan, tetapi disedu menggunakan gelas langsung. Menurut Sunarto, kerajinan, makanan serta kesenian yang tampak dalam kirab itu merupakan karya dan produk asli warga Bantul. (mw)

Berbagi:

Pos Terbaru :