"Secara khusus kami juga ingin mengetahui bagaimana pembangunan rumah tahan gempa yang sudah terbangun di Bantul, " kata Syamsudin. Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Kerinci juga pernah mengalami musibah yang sama dengan Bantul yaitu gempa bumi pada tahun 1995 lalu. Untuk itu masyarakat Kerinci perlu membangun rumah tahan gempa, ditambah saat ini gempa juga sering melanda wilayah Sumatera.
Kabupaten Kerinci mempunyai wilayah yang cukup luas, namun hanya 40 persen wilayahnya yang bisa dimanfaatkan, mengingat sebanyak 60 persen wilayah merupakan kawasan Taman Nasional. Di Kerinci potensi pertanian hampir sama dengan Bantul hanya disana banyak perkebunan teh yang sudah ada sejak jaman Belanda dan dahulu banyak pekerjanya dari Jawa. " Kita sebetulnya juga punya berbagai macam tempat wisata namun pengelolaanya belum maksimal sehingga pendapatan dari sektor wisata juga masih rendah," kata Wakil Ketua Komisi III. Padahal potensi wisata yang ada cukup menarik seperti danau, gunung, air terjun dan lain-lain.
Dalam sambutannya Assek II Drs.Suryanto mengatakan bahwa warga Kab.Bantul mengandalkan mata pencahariannya dari sektor pertanian meliputi padi, kedelai, jagung, bawang merah, cabai, dan lain-lain. Dengan luas wilayah yang tak begitu luas dan potensi wilayah yang minim Bantul ingin maju dengan cara mempersiapkan SDM di masa mendatang. Pembangunan juga dilakukan di segala bidang dengan prioritas pada bidang tertentu.
" Pada waktu usai gempa tidak terfikirkan bagaimana bisa membangun kembali. Ternyata semangat warga Bantul dengan dukungan bantuan dari semua pihak baik pemerintah, swasta maupun pihak asing mampu mengembalikan kembali kehidupan warga Bantul, "kata Suryanto. Sehingga saat ini untuk urusan pembangunan kembali rumah dan sarana kesehatan dan pendidikan sudah hampir rampung tinggal sarana prasarana perkantoran pemerintah dan kecamatan atau balai desa.
Pariwisata di Bantul juga mampu menyumbang pendapatan yang cukup signifikan terhadap PAD Bantul. " Dalam setahun dengan jumlah kunjungan wisatawan kurang lebih 1 juta pengunjung mampu menyumbang PAD sekitar Rp.1.6 milyar. Padahal dulu sebelum terjadi gegeran tsunami aceh kunjungan bisa mencapai 2 juta pengunjung dan menyumbang Rp.2,5 milyar," kata Suryanto. (nc)