Famtrip Dinas Pariwisata ke Desa Wisata Alam dan Wisata Kuliner di Bantul

BANTUL, DISKOMINFO - Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul menggandeng awak media dari berbagai media cetak maupun elektronik adakan Famtrip atau kunjungan ke desa wisata dan sentra produk makanan atau kuliner khas Bantul yang tersebar di beberapa tempat selama dua hari yaitu hari Rabu (5/12) s/d Kamis (6/12) Tahun 2018.

Untuk hari pertama kunjungan menuju empat tempat tujuan wisata, diawali melihat langsung Desa Wisata Cempluk Mangunan dengan ikonnya Watu Goyang yang merupakan petilasan dari Sultan Agung Hanyokrokusumo, dilanjutkan ke tempat penangkaran burung Dusun Pucungrejo dan Kampung Batik Wukirsari, dimana pengelola membagikan selembar kain bergambar untuk dibatik oleh para tamu yang datang, agar mereka bisa merasakan sensasi membatik yang cukup rumit namun mengasyikkan.

Saat diwawancarai wartawan Kabid. Pemasaran Pariwisata Ni Nyoman Yudiarini menyampaikan bahwa tujuan Famtrip diantaranya untuk melihat potensi masyarakat Bantul agar bisa disosialisasikan dan mempublikasikan potensi wisata maupun kuliner dari UMKM dan kelompok masyarakat yang ada di Kabupaten Bantul agar lebih dikenal masyarakat luas. Ini merupakan salah satu upaya pemerintah Kabupaten Bantul untuk lebih meningkatkan pemberdayaan masyarakat terhadap potensi yang dipunyai sehingga akan menjadi lahan kegiatan yang bernilai ekonomi tinggi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Untuk hari pertama acara Famtrip sejatinya akan diakhiri dengan bermain rafting di tempat out bonds sewu watu di Dusun Cengkehan, namun karena hujan cukup deras panitia mengurungkan niat dan mengambil inisiatif menghubungi Rahmad Hidayat salah satu pengelolanya untuk bisa diwawancarai para wartawan.

Menurut Rahmad sungai sebagai arena out bonds Seribu Watu mempunyai panjang sekitar 1 km. Pengunjung bisa mengambil paket short dengan jarak 300 -500 meter menyusuri sungai dengan harga Rp 30 ribu per orang dengan fasilitas helm, deker lutut dan siku serta pelampung juga ban karet. Paket medium dengan jarak sekitar 600-800 meter dengan tarif Rp 45 ribu dan paket long dengan jarak susur sungai sekitar 800-1 km dengan tarif sebesar Rp 50 ribu.

Rahmad mengatakan bahwa destinasi wisata yang dikelola rame pengunjung saat musim penghujan. Rame-ramenya pengunjung di tempat kami adalah saat musim penghujan, mereka lebih tertarik saat air sungainya banyak yang memberikan sensasi tersendiri dan menguji adrenalin.

Palung-palung yang ada disungai saat kemarau antara 2 hingga 4 meter kedalamannya dan terdapat banyak tebing sungai dengan ketinggian antara 1 hingga 7 meter yang hanya bisa dipanjat memakai tali plastik yang sudah terpasang.

Untuk hari kedua, Kamis (6/12) acara Famtrip diikuti oleh perwakilan OPD terkait, beberapa pemandu wisata, perwakilan pengusaha kuliner, perwakilan pelaku perhotelan dan dimas-diajeng Bantul dengan agenda kunjungan ke empat tujuan Desa Wisata berbasis kuliner diantaranya kampung Gurame Kergan, Tirtomulyo, Kretek yang diketuai oleh Sunarto (50) yang mengembangkan kolam gurame dan lele sejak awal 2017 skala rumah tangga. Kelompoknya terdiri dari sekitar 30 keluarga dengan mengembangkan kolam ikan disekitar rumah. Rata-rata anggotanya mempunyai kolam dengan luas 3x5 meter untuk budidaya gurame yang dapat menghasilkan sebanyak satu kwintal per tahun. Jika kolamnya dua atau tiga kali lipat luasnya, maka hasilnya tinggal mengalikan.

Saat ini Sunarto mengajak kelompok pembudidaya ikan di 13 kecamatan untuk mengembangkan budidaya ikan di lahan tidur disekitar rumah , setiap kelompok diberikan bantuan satu paket untuk budidaya ikan dan pendampingan. "Saya bercita-cita seluruh warga Bantul bisa mempunyai dan melakukan pembudidayaan ikan, agar kehidupannya lebih sejahtera, sehat dan cerdas," terangnya.

Untuk pangsa pasar, tambahnya, sangat terbuka lebar, kami siap menyalurkan, namun stok ikan sangat terbatas. Jadi pembudidaya ikan tidak perlu takut kesulitan menjual produknya.

Tujuan famtrip selanjutnya menuju Desa Wisata Lopati yang terdapat perusahaan bakmi lethek dan beberapa produk makanan seperti bakpia, yangko dan aneka roti yang sudah terkenal dan produknya sudah tersebar di toko oleh-oleh di kota-kota besar di Jawa. Kunjungan juga diarahkan ke pabrik bakmi lethek cap Garuda yang terkenal dengan produksi per hari 1,6 ton bakmi siap edar.

Pada ahir kunjungan di musium Coklat Monggo dibaca 'Monjie' dari bahasa Perancis milik Mr. Kierry De Tourne asal Belgia yang berada di Desa Bangunjiwo Kasihan. Saat ini produk coklat Monggo banyak diekspor ke Eropa, selain untuk pasar lokal yang harganya cukup mahal, contoh harga coklat batangan 1 kg harganya ada yang Rp 250 ribu, bahkan ada yang lebih mahal.

Pada kesempatan tersebut peserta Famtrip masuk musium coklat dengan paket per orang Rp 50 ribu yang ditanggung oleh Dinas Pariwisata selaku penyelenggara program Famtrip. (Sit)

Berbagi:

Pos Terbaru :