Literasi, Memahami Apa yang Tersirat dari yang Tersurat

Tingkatkan Indeks Literasi Masyarakat, Pepustakaan Nasional Republik Indonesia bersama dengan Perpustakaan Kabupaten Bantul gelar kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) dengan tema ”Penguatan Peran Sisi Hulu Guna Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat”, sekaligus pengukuhan Bunda Literasi Kabupaten Bantul dan Penandatanganan MoU, bertempat di Sasana Widya Parwa Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lantai 3 Jl. Jendral Sudirman No. 1 Bantul, pada Senin (15/11).

Dalam rangka mendukung Visi Presiden Republik Indonesia Tahun 2020-2024 yaitu mewujudkan Sumber Daya Manusia Unggul untuk Indonesia Maju. Literasi menjadi faktor esensial dalam upaya membangun masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif dan berkarakter. Literasi yang kuat mampu mendorong manusia pada kegiatan produktif yang memberi manfaat sosial, ekonomi dan kesejahteraan. Kegiatan PILM Tahun 2021 dikemas ke dalam agenda pengukuhan Bunda Literasi Kabupaten Bantul, penandatanganan nota kesepahaman dan kesepakatan (MoU), dan penyerahan pojok baca digital (POCADI) ke PERPUSDES Seloharjo Kapanewon Pundong serta dialog para pimpinan (Kementerian / Lembaga / Pemerintah Daerah), tokoh masyarakat, pegiat literasi, dan lain-lain dengan masyarakat.

Dalam kegiatan tersebut, turut hadir Kepala Perpustakaan Nasional RI, Anggota Komisi X DPR RI, Bupati Bantul, dan Bunda Literasi Kabupaten Bantul 2021-2024 yang juga sebagai narasumber pada sesi talkshow. Acara diawali dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Zainudin S.Ag dari Kantor Kementrian Agama Kabupaten Bantul, kemudian dilanjutkan dengan laporan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arisp Kabupaten Bantul, Drs. Sukrisna Dwi Susanto M. Si, laluPengukuhan Bunda Literasi Kab. Bantul, Ibu Hj. Emi Masruroh S. Pd oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, pembacaan naskah pengukuhan dan penyematan slempang. 

Kepala Perpustakaan Nasional RI, Drs. Muhammad Syarif Bando, MM dalam arahannya mengatakan, bahwa masalah literasi di Indonesia bukan pada budaya membaca, namun pada jumlah rasio antara jumlah penduduk dengan ketersediaan buku yang ada. “Siapapun kita, dimanapun kita, apapun jabatan kita tugas kita sama yaitu mencerdaskan anak bangsa. Kita tidak bisa terus menerus menyalahkan masyarakat yang ada dipedesaan, masalah kita bukan pada budaya bacanya, tetapi masalah jumlah rasio antara jumlah penduduk dengan buku. Hasil sensus yang kami lakukan dua tahun terakhir, rata-rata satu buku ditunggu 90 orang,” kata Kepala Perpusnas RI. 

Beliau juga menambahkan bahwa pemahaman tentang literasi dimasyarakat masih belum jelas. Literasi disini mempunyai kontribusi yang sangat positif dalam rangka membangun kreativitas dan inovasi dalam rangka meningkatkan kecakapan dan ketrampilan yang sangat berguna diera 4.0 . Literasi bukan sekedar kemampuan baca tulis hitung, namun lebih kepada memahami apa yang tersirat dari yang tersurat. 

“Upaya kita untuk memahami literasi ini perlu betul-betul diperjelas bagi seluruh kalangan masyarakat. Sebab masih banyak sekali masyarakat yang memahami literasi sebatas mengenal huruf, mengenal kata, mengenal kalimat, mengenal sebab-akibat dan kemampuan menyatakan pendapat. Ini memang adalah program prioritas yang digagas oleh founding father kita Bung Karno pada saat kita baru merdeka. Mengingat saat itu, memang hanya 2% penduduk kita yang bisa membaca. Oleh karena itu program pertama ialah pemberantasan buta aksara. Tentu setelah 70 sekian tahun kita merdeka dan percaturan global semakin menggebu menjadi satu kesatuan tak terpisahkan, kita tidak bisa hanya bicara batas teritorial,” imbuhnya.


Anggota Komisi X DPR RI, My Esti Wijayati dalam sambutannya juga berpesan bahwa perpustakaan daerah haruslah diberi perhatian lebih sebab perpustakaan adalah wajah literasi. Oleh karena itu, jika dalam pengelolaannya dapat berjalan dengan baik maka dapat meningkatkan indeks literasi dimasyarakat. 

“Terimakasih Perpustakaan Kab. Bantul dengan keterbatasan dana yang ada, itu artinya perpus daerah ini hal yang perlu diperhatikan, jangan dianak tirikan. Karena perpustakaan itu menjadi wajah dari dunia pendidikan kita, karena perpus adalah jendela dunia, perpustakaan tidak boleh setengah hati dalam mengelola tetapi bagaimana sepenuh hati termasuk dengan anggaran yang memadahi kita akan bisa mengembanggakan perpustakaan ini dan mampu untuk bisa meningkatkan indeks literasi kita,” kata anggota Komisi X DPR RI. 

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan pojok baca digital (POCADI) oleh Perpustakaan Nasional RI kepada Perpustakaan Desa Pertiwisari Desa Seloharjo Kapanewon Pundong, disaksikan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul, Bunda Literasi Kabupaten Bantul dan Anggota Komisi X DPR RI diserahkan kepada Lurah Seloharjo Marhadi Badrun yang diserahkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Dalam sesi talkshow atau dialog dengan para pimpinan, Bupati Bantul, H. Abdul Halim Muslih sebagai salah satu narasumber mengatakan bahwa literasi bukan masalah yang sepele. “Literasi ini bukan masalah yang sepele, mengapa ? karena gara-gara rendahnya indeks literasi kita, kita  itu menjadi bangsa yang mudah tersulut oleh hoaks, mudah salah paham atau mengikuti paham yang salah. Nah, mengingat demikian dahsyatnya dampak rendahnya literasi terhadap kehidupan kita maka mau tidak mau literasi ini harus menjadi gerakan nasional gerakan kita bersama. Kita sudah terlalu mudah memakan mentah-mentah hoaks tanpa mau melakukan klarifikasi. Nah tindakan klarifikasi itu sendiri merupakan salah satu gerakan literasi. Opo-opo kui di tabayunkan, diklarifikasi.” Kata Bupati.

Dalam sesi tanya jawab, peserta nampak sangat antusias dengan kegiatan tersebut, dilihat dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada seluruh narasumber. Sebelum acara berakhir, dilakukan sesi penandatanganan nota kesepakatan antara perpustakaan nasional RI  dengan pemerintah Kab. Bantul.

Acara juga dihadiri oleh lingkungan dan jajaran OPD Kabupaten Bantul, Kepala Balai Pendidikan Menengah, Kepala Sekolah dan/atau guru, Pegiat literasi dan pelopor perpustakaan, penulis, Pustakawan/pengelola perpustakaan sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA negeri/swasta, Pustakawan/pengelola perpustakaan perguruan tinggi negeri/swasta di wilayah Bantul, Pustakawan/pengelola perpustakaan khusus/instansi Pustakawan/pengelola perpustakaan umum, termasuk perpustakaan, Pengelola perpustakaan komunitas, Pengelola Taman Bacaan Masyarakat, Mahasiswa, Siswa SMA/SMK/MA/sederajat dan Lurah Sesuai Perpus Desa.

Berbagi:

Pos Terbaru :