Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak mulai mewabah di Bantul. Data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul sampai dengan hari ini (14/06) didapati sejumlah 973 ternak suspek PMK. Di Kapanewon Pleret yang menjadi sentra ternak dan pemasok daging sapi sendiri saat ini sudah ditemukan 512 kasus.
“Seluruh puskeswan kita sudah intruksikan untuk turun ke bawah, melakukan treatment antibiotik, antipiretic, dan vitamin, upaya ini kita harapkan dapat menurunkan intensitas pandemi PMK di Bantul, kita masih berharap segera adanya vaksin,” kata Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, saat melakukan pantauan di kendang ternak di Jembangan, Segoroyoso, Pleret, pada Selasa (14/06).
Pemerintah Kabupaten Bantul melalui DKPP telah mengusulkan vaksin ke Kementerian Pertanian. Mengingat populasi ternak di Bantul yang cukup banyak, lebih dari 72 ribu, Pemerintah Kabupaten Bantul mengutamakan pemberian vaksin kepada sapi perah terlebih dulu, sesuai dengan instruksi pemerintah pusat. Hal ini dilakukan agar suplai susu dan produk olahan susu lainnnya tidak terhenti.
Halim menghimbau kepada masyarakat untuk tidak khawatir dengan wabah PMK ini, karena tidak menular kepada manusia dan tidak membahayakan untuk kesehatan manusia, karena daging hewan ternak masih bisa dikonsumsi. Namun, tetap harus diwaspadai karena wabah ini dapat membawa kerugian secara ekonomi bagi para peternak.
Penjelasan senada diungkapkan oleh Indarto dari Balai Veteriner Wates Yogyakarta, “Untuk manusia tidak papa, asal daging dimasak paling tidak 30 menit, aman dikonsumsi, dan tidak menular ke manusia, penularannya ini terjadi ke ternak yang lain”, ungkapnya.
Sementara itu, Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo menerangkan bahwa guna menghadapi hari raya kurban, pihaknya masih melakukan pengetatan di pasar hewan dan selektif terhadap ternak yang masuk dari luar daerah. Karantina selama 14 hari serta pemeriksaan akan dilakukan kepada ternak dari luar daerah sebelum penerbitan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).