Dalam rangka peringatan hari jadi Kabupaten Bantul ke- 191, Pemerintah Kabupaten Bantul menggelar Sarasehan yang bertempat di Pendopo komplek Parasamya pada Senin (05/07).
Dalam sambutannya Bupati Bantul Abdul Halim Muslih berharap akan dapat menyerap aspirasi masyarakat dan menggali gagasan, ide serta inovasi-inovasi baru sehingga dapat memecahkan permasalahan yang ada di Kabupaten Bantul, utamanya dalam kesempatan ini membahas tentang pembangunan pendidikan.
“Saya berharap acara sarasehan pada kesempatan hari ini kiranya tidak hanya menjadi wahana diskusi serta sinergitas kerja namun juga menjadi wadah berembuk untuk menghasilkan rekomendasi bernilai konstruktif yang dapat diaktualisasikan bersama bagi kemajuan kabupaten bantul yang kita cintai ini,” ujar Bupati.
Pada Acara Sarasehan yang di moderatori oleh Den Baguse Ngarso (Drs. Susilo Nugroho) ini mengangkat problem pendidikan dan kebudayaan untuk kemajuan Kabupaten Bantul.
Narasumber pertama, yaitu Guru Besar UNY Prof. Dr. Sugiyono, M.Pd membahas tentang pendidikan. Disampaikan bahwa pendidikan ini tidak hanya menciptakan anak anak yang cerdas secara intelektual saja, tetapi juga harus cerdas secara emosional, cerdas secara sosial dan cerdas secara spiritual.
“Anak yang hanya dikurung dirumah saja, walaupun dia pintar, dia hanyalah memiliki kecerdasan intelektual saja, tapi tidak punya kecerdasan sosial. Ini tidak benar, karena umumnya orang suskses itu, adalah orang orang yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga cerdas secara sosial, cerdas secara emosional. Jadi orientasi pendidikan jangan hanya pada nilai UN saja,” jelas Sugiyono.
Selanjutnya narasumber yang kedua, Dosen dan Peneliti UGM Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si membahaspersoal budaya. Menurutnya menanganasni permasalahan budaya diperlukan sinergi antara pemerintah dengan steak holder. Bukan hanya keterkaitan secara teknokratif saja, tetapi harus terikat secara rasa.
“Artinya bagaimana hubungan kabupaten dan lembaga-lembaga lain itu, keterkaitannya tidak hanya digambarkan pada diagram dan garis, tetapi juga terkait secara rasa handarbeni bersama-sama,” pungkas Arie.