Perjalanan panjang dan tidak mudah akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan, Kabupaten Bantul ditetapkan sebagai satu dari sembilan kabupaten, kota (KaTa) Kreatif di Indonesia. Program KaTa Kreatif digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia yang menjadi salah satu program prioritas guna menggali, menumbuhkembangkan ekonomi kreatif di daerah serta mendorong kolaborasi pentahelix sehingga sektor ekonomi kreatif diharapkan dapat menjadi tulang puggung ekonomi daerah.
Tahapan berikutnya yang akan ditapaki Bantul yakni menuju Unesco Creative Cities Network (UCCN). Bantul menuju kota kreatif dunia dilaunching langsung oleh Menteri Parekraf RI, Sandiaga Uno, pada Senin sore (12/12/2022) di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Parekraf, Jakarta. Turut hadir dalam acara tersebut Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, beserta jajaran dari Komite Ekonomi Kreatif Kabupaten Bantul.
Halim menyebutkan, pihaknya saat ini bersama dengan seluruh stakeholder sedang berbenah dan persiapan menuju kota kreatif dunia. “Kami terus menggalang dukungan tidak hanya dari pelaku ekonomi kreatif tapi juga dari seluruh masyarakat,” imbuhnya. Kekuatan Bantul saat ini diakuinya ada pada sumberdaya manusia kreatif yang dimiliki, terkait bahan baku, Bantul sebenarnya masih bergantung dengan wilayah lain. Kendati demikian, ekonomi kreatif Bantul telah mapan dan bertahan dengan keterbatasan yang ada.
Pemerintah Kabupaten Bantul bersama dengan Komite Ekonomi Kreatif telah menyiapkan berbagai agenda besar untuk mendukung langkahnya menuju UCCN. Gelaran international fashion festival akan dilaksanakan pekan depan, tepatnya tanggal 15 Desember, berlokasi di Gumuk Pasir, Parangtritis. Selain itu beragam kegiatan pameran, juga akan digelar untuk turut menjadi wadah promosi bagi para pengrajin Bantul.
Kedepannya, capaian Bantul sebagai kabupaten kreatif dapat membawa dampak yang signifikan bagi perekonomian daerah. Dengan bergabung ke jejaring kota kreatif dunia, diharapkan Bantul dapat makin tersohor dengan produk kriyanya dam membuka peluang pasar yang lebih luas. “Jika permintaan naik, volume produksinya meningkat, maka akan menggerakkan ekonomi dari bawah sampai atas, dan dapat tercapai pembangunan ekonomi yang inklusif,” pungkas Halim. (Am)