Dua hari menjelang berakhirnya Bantul Creative Expo 2024, area panggung utama Pasar Seni dan Wisata Gabusan yang ada di sisi utara mulai dipadati pengunjung. Rupa-rupanya, mereka menantikan penampilan musisi asli Bantul, Ngatmombilung, yang memang dijadwalkan pentas pada Sabtu(3/8/2024).
Antrean penonton makin padat dan mengular saat pembawa acara mulai cuap-cuap. Sebagian pengunjung sudah bersiap dengan gawai tangan, berniat untuk merekam artis kesayangan. Sebagian lagi, kedua tangan mereka penuh jajanan yang baru saja dibeli dari UMKM yang terlibat dalam Bantul Creative Expo 2024. Gawai dan kudapan, jadi sangu andalan untuk menonton konser gratis malam ini.
Tapi, bukan hanya dua hal itu yang jadi sangu alias bekal penonton yang hadir di area panggung utama. Sebab sebelum Ngatmombilung menghentak panggung, ada seminar literasi digital terlebih dahulu. Kegiatan ini adalah bentuk kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menekankan literasi digital kepada masyarakat.
Ada empat pilar literasi digital yang sejauh ini gencar disosialisasikan, yakni keterampilan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital. Salah satu alasan gencarnya sosialisasi ini agar warga negara Indonesia lebih siap dan sigap menghadapi era yang didominasi oleh teknologi informasi. Maka, tak heran apabila jargon Makin Cakap Digital banyak dipasang di sisi kanan kiri panggung utama Pasar Seni dan Wisata Gabusan.
“Berbicara soal keamanan digital, sebetulnya ini bukan hanya tanggung jawab pakar IT saja lo. Tapi juga tanggung jawab masing-masing individu. Karena kita semua kan juga memakai ruang digital,” ujar salah satu narasumber seminar, Djaka Dwiandi, seorang desainer dan fotografer yang juga aktif dalam kegiatan keamanan digital.
Selain Djaka, ada dua narasumber lain yang dihadirkan, yaitu Dosen Manajemen dan Kebijakan Publik UGM, Dr. Bevaola Kusumasari, dan Yogyakarta Vintage T-Shirt Enthusiast, Iponk Sosronadi Goentormadu. Seminar dengan tema Berani Bangun Usaha di Era Digital ini dipandu oleh moderator Gabrielle Galuh.
Jika Djaka lebih banyak bicara soal keamanan digital, Dr. Bevaola lebih banyak mendiskusikan perihal etika digital. “Sekarang ini, apa-apa mudah sekali direkam. Pergi ke tempat tertentu, menemukan sesuatu di jalan, langsung direkam. Tapi kadang yang sering dilupakan adalah minta izin posting. Padahal, belum tentu subyek yang kita rekam, terutama orang, berkenan untuk dijadikan konten dan diposting,” pesan Dr. Bevaola.
Lalu untuk Iponk, dia bercerita bagaimana dia memanfaatkan ruang digital dalam menjalankan usahanya. “Saya kebetulan asli orang Bantul. Usaha saya mulai banyak diketahui orang ya salah satunya karena memanfaatkan ruang digital,” cerita Iponk.
Saat sesi diskusi bergulir, sejumlah penonton antusias melempar tanya. Namun, karena keterbatasan waktu, hanya tiga penanya yang diberi kesempatan. Diskusi yang berlangsung cukup seru karena membahas pula terkait kejahatan yang sering terjadi melalui ruang digital.
Selesai seminar literasi digital, Ngatmombilung yang menyusul mengisi panggung pun disambut meriah penonton. Lewat lagu pembuka, Sanes, penonton yang hadir automatis membebek lirik yang sudah dihafal di luar kepala. Konser di tengah pesta rakyat ini ternyata cukup menghibur. Dengan demikian, pengunjung Bantul Creative Expo malam ini tidak hanya kenyang ilmu literasi digital, tapi juga dapat bonus konser gratis yang meriah. (Els)