Bantul Dorong Literasi Inflasi dan Edukasi Rupiah Melalui Program MRANTASI Goes to School

Pemerintah Kabupaten Bantul mendorong peningkatan literasi inflasi dan edukasi rupiah melalui program MRANTASI Goes to School yang digelar Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bantul dan DIY berkolaborasi dengan Bank Indonesia. Program ini bertujuan mengenalkan pemahaman inflasi serta peran rupiah sejak dini kepada para pelajar, agar mereka mampu menjadi agen edukasi bagi keluarga dan masyarakat luas. Kegiatan ini digelar di Grand Rohan Jogja. Rabu (17/9).

MRANTASI merupakan singkatan dari Masyarakat Lan Pedagang Tanggap Inflasi. Selama ini, pembahasan mengenai inflasi masih terbatas di kalangan instansi, akademisi, maupun praktisi. Padahal, literasi mengenai inflasi penting untuk menjangkau masyarakat luas, termasuk pelajar.

“Selama ini pembahasan mengenai inflasi cenderung terbatas di ranah akademisi dan praktisi. Padahal, pemahaman tentang inflasi penting bagi semua kalangan, termasuk siswa sekolah. Melalui program MRANTASI, kami ingin menanamkan pengetahuan sejak dini agar mereka bisa memahami dampak inflasi terhadap perekonomian sekaligus strategi pengendaliannya,” ujar  Asisten Perekonomian dan Pembangunan Ir. Fenty Yusdayati, M.T., dalam sambutannya.

Kegiatan MRANTASI Goes to School diharapkan menjadi momentum penting dalam membangun pemahaman generasi muda mengenai inflasi dan peran strategis rupiah. Dengan keterlibatan aktif siswa, upaya pengendalian inflasi serta penguatan kedaulatan ekonomi bangsa dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

"Manfaatkan acara ini sebaik-baiknya. Ikuti setiap sesi dengan semangat, aktif bertanya, dan jangan ragu berbagi ide maupun inovasi. Jadikan momen ini sebagai kesempatan emas untuk belajar dan berkembang,” ujar Kepala Biro Perekonomian dan SDA Setda DIY Eling Priswanto, S. E., M. M. 

Paparan mengenai inflasi disampaikan oleh Pak Jodi dari Bank Indonesia. Ia menjelaskan bahwa inflasi merupakan kenaikan harga barang secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi berbeda dengan kenaikan harga satu atau dua barang semata, kecuali jika hal itu memicu kenaikan harga pada barang lain. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi, dan perhitungannya dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Menurutnya, terdapat tiga faktor utama penyebab inflasi, yaitu kenaikan biaya produksi (cost push inflation), kenaikan permintaan yang tinggi (demand pull inflation), serta ekspektasi inflasi.

“Inflasi DIY pada Juli 2025 tercatat sebesar 2,60% (year on year). Berdasarkan pola historis, IHK DIY cenderung mengalami inflasi pada momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal-Tahun Baru. Karena itu, upaya menjaga ketersediaan pasokan pangan atau Ketersediaan Akses dan Distribusi (KAD) sangat diperlukan di tengah tantangan ketidakpastian iklim,” jelasnya.

Selain materi inflasi, siswa juga mendapatkan paparan mengenai edukasi Cinta, Bangga, Paham (CBP) Rupiah oleh Pak Anang dan Dimas dari BI. Pada aspek Cinta Rupiah, siswa diajak untuk mengenali keaslian uang melalui metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) serta merawat rupiah dengan prinsip 5J (Jangan dilipat, Jangan dicoret, Jangan diremas, Jangan distepler, Jangan dibasahi).

Pada aspek Bangga Rupiah, disampaikan bahwa rupiah adalah simbol kedaulatan bangsa yang lahir seiring berdirinya Indonesia. Rupiah menjadi bukti perjuangan dalam menjaga keutuhan NKRI. Masih ditemukannya penggunaan mata uang asing di beberapa wilayah perbatasan, seperti kasus Pulau Sipadan dan Ligitan, menjadi pelajaran berharga bahwa rupiah adalah satu-satunya alat pembayaran sah di Indonesia.

Sedangkan pada aspek Paham Rupiah, siswa diajak untuk berbelanja bijak, mengutamakan produk dalam negeri, serta menggunakan instrumen pembayaran yang sah seperti uang kartal, uang elektronik, kartu ATM, dan QRIS. Belanja sesuai kebutuhan dapat membantu menjaga kestabilan inflasi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Cinta rupiah sama dengan mencintai Indonesia, bangga rupiah berarti menjaga kedaulatan bangsa, dan paham rupiah adalah wujud kontribusi bersama untuk stabilitas serta kesejahteraan negara,” tegas narasumber. 

Gubernur Bank Indonesia menekankan agar para siswa dapat menyebarluaskan pengetahuan yang diperoleh kepada orang tua, saudara, maupun teman sebaya. Edukasi ini diharapkan mampu menciptakan kesadaran kolektif dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah. (tpid bantul)

Berbagi:

Pos Terbaru :