Lebih lanjut dikatakan dua kecamatan yang akan menjadi program PSP-3 yakni Dlingo dan Pleret, merupakan dua wilayah yang mempunyai kondisi sangat berbeda. Kecamatan Dlingo merupakan wilayah pegunungan yang lebih identik daerah tandus, bahkan ada yang sampai kekurangan air namun semangat gotong royongnya tinggi. Kecamatan Pleret yang lebih dikenal dengan gudangnya pondok pesantren di Bantul otomatis banyak santrinya sehingga nuansa kehidupannya lebih agamis.
Dari kedua lokasi yang merupakan sasaran PSP-3 tersebut, peserta harus mampu memberdayakan ekonomi lokal agar mampu bersaing dengan produk luar. Era perdagangan global/bebas, kita hanya bisa bertahan dengan persaingan kualitas jangan sampai produkl luar mengalahkan lokal.
Edi Wibowo dari LPPM UGM mengatakan jumlah PSP-3 yang terjun di Bantul berjumlah 30 orang dari berbagai wilayah diantaranya Jatim 3, Jateng 6, DKI 2, Banten 6, Kalbar 6 dan Jabar 8. Program tersebut melibatkan 33 Perguruan Tinggi dan disebar ke seluruh Indonesia dengan waktu selama 2 tahun. Harapannya semua peserta bisa beradaptasi dengan wilayah dan mampu menyelesaikan program dengan baik dan memuaskan.
Disamping itu peserta harus mampu mendorong masyarakat untuk mau diajak bersama membangun desanya bukan bekerja pada masyarakat, terutama peran pemuda setempat untuk bisa tampil sebagai pelopor. (dib)