24 Jam Menabuh SOUNDS OF THE UNIVERSE di ISI

Diskominfo - Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menggelar ajang 24 jam menabuh gamelan yang bertajuk 24 Jam Menabuh "Sounds Of The Universe" sebagai upaya napak tilas 40 tahun Gending Puswawarna terpilih sebagai salah satu musik yang diangkut pesawat tanpa awak Voyager.

Ajang ini dilaksanakan pada Selasa, 5 September 2017 pukul 20.00-06.00 yang bertempat di Concert Hall ISI dan Rabu, 6 September 2017 pukul 06.00-21.00 yang bertempat di Pendopo Kyai Panjang Mas ISI.

Menurut Ketua Panitia Drs. Siswadi, M. Sn mengatakan, dewasa ini seni karawitan telah dipelajari oleh bangsa-bangsa di dunia, bahkan sarjana barat telah banyak melakukan penelitian baik kajian dari sisi musik maupun karawitan logisnya. Dengan demikian karawitan bukan hanya milik bangsa Indonesia, bukan hanya milik masyarakat Jawa, tetapi karawitan sudah menjadi milik bangsa di dunia.

Momentum hajatan "24 Jam Menabuh" ini diambil untuk menjadi gerakan menyuburkan karawitan dibumi kelahirannya. "Kami mengajak seniman karawitan melakukan jihad untuk karawitan", jelasnya. Acara 24 jam menabuh yang diikuti oleh 29 kelompok yang terdiri dari 5 kelompok karawitan profesional, 3 kelompok karawitan anak-anak, 5 kelompok karawitan ibu-ibu dan remaja putri, 3 kelompok karawitan sekolah menengah keatas, 12 kelompok karawitan dari berbagai pergguruan tinggi dan 1 kelompok hadroh dari Kulonprogo.

Sementara itu sambutan Gubernur DIY Sri Sultan HB X yang sekaligus membuka 24 jam menabuh mengatakan, dalam suasana gelap menabuh karawitan menghayati kekosongan dan kesunyian yang terkadang dibutuhkan dalam merenungi kehidupan. Kekosongan dan kesunyian inilah yang dirasakan. Ketika mencari tanda-tanda kehidupan diantariksa, sunyi adalah perenungan terindah yang dimiliki manusia, sementara sepi adalah teman terbaik dalam melakukan perenungan sunyi dan sepi keadaan yang membuat kita lebih peka dalam menangkap pesan lewat "Sounds of The Universe".

Jika menjelajah Voyager ini kita diarahkan ke bumi dan diwujudkan dalam 24 jam menabuh, maka setidaknya ada 2 pesan kita sebagai bangsa. Pertama, menyangkut harkat dan martabat seni karawitan Jawa mendunia bahkan semesta. Kedua, penghargaan bagi insan seni Yogyakarta selain komposisisnya yang mengangkasa. Peristiwa hari ini bisa kita rasakan bermakna ganda baik sebagai pengingat semesta juga untuk membangkitkan kolektif warga Jogja Istimewa. (ang)

Berbagi:

Pos Terbaru :