Pemanfaatan Gawai Pengaruhi Minat Baca Generasi Muda

Diskominfo - Senin (05/11). Tarian Pancasila Sakti dari SMPN 4 Pandak mengawali kegiatan Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Provinsi dan Kabupaten/Kota dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia, di Aula Perpustakaan Lantai III Jalan Jendral Sudirman Bantul.

Kegiatan yang bertemakan "Implementasi Revolusi Mental Melalui Mobilisasi Pengetahuan dalam Rangka Meningkatkan Indeks Literasi Masyarakat," dihadiri oleh Bupati Bantul Suharsono, Kepala OPD, Dinas Terkait, Penggiat Literasi dari Perguruan Tinggi, Sekolah, Pondok Pesantren, Taman Bacaan Masyarakat, Komunitas, Karang Taruna, Budayawan, Media Cetak dan Elektronik.

Safari yang dilakukan di 100 kota di Indonesia ini hampir mendekati titik akhir. Tujuan dilaksanakan program ini adalah menggugah semangat kalangan dunia pendidikan khususnya dan masyarakat umum untuk membudayakan gemar membaca buku.

Kecenderungan yang dialami masyarakat Indonesia kini lebih percaya kepada perangkat gawainya ketimbang membaca buku diperpustakaan atau buku ilmu pengetahuan populer lainnya. Menurut beberapa ahli Information Technology (IT) perkembangan kepemilikan perangkat cerdas melampaui jumlah penduduk, yang artinya satu orang bisa memiliki lebih dari satu gawai (smartphone). Hal ini diungkapkan oleh Sri Sumekar dari Perpusnas mengawali sambutannya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, efek buruk dari pemanfaatan smartphone adalah orang percaya begitu saja mencerna mentah-mentah dan membagikan informasi tanpa melihat sumber berita. Derasnya berita bohong atau HOAX akhir-akhir ini menciptakan ketidakstabilan situasi nasional, apalagi menjelang tahun-tahun politik.

Sisi baik di era digital bagi dunia perpustakaan adalah adannya layanan digital library, dimana netter bisa mengunduh atau membaca literasi digital dari lembaga atau institusi penyedia konten digital. Dengan adanya media digital ini memudahkan masyarakat mendapatkan buku yang ia inginkan dengan cepat. "Adanya layanan Google contohnya, menjadi rujukan sebagian besar masyarakat kita memperoleh informasi, itupun harus dengan teliti dan waspada dengan adanya hak cipta bilamana kita mengutip darinya," ucapnya.

Melalui kegiatan Safari Gerakan Nasional Membaca ini, diharapkan kesadaran masyarakat untuk mencintai buku dan membaca buku lebih besar lagi. "Buku merupakan jendela dunia, jendela informasi maupun jendela ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lebih bijak dalam memanfaatkan media sosial sebagai sarana berbagi bukan untuk menyebarkan atau membuat berita bohong (HOAX)," harapnya.

Sementara itu Bupati Suharsono mengatakan, Salah satu visi Kabupaten Bantul adalah mewujudkan masyarakat Bantul yang cerdas. Visi tersebut dapat diwujudkan bersama-sama oleh pemerintah melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, stakeholder serta masyarakat. "Pemerintah Kabupaten Bantul telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang melibatkan seluruh komponen. Baik itu perpustaakan daerah, perpustakaan desa, taman bacaan, sekolah, komunitas, maupun peran serta masyarakat lainnya sebaga upaya menumbuhkan minat membaca dalam satu Gerakan Bantul Literasi yang telah kami canangkan sejak tanggal 13 Juni 2017dan sekarang sudah berjalan cukup pesat," tuturnya.

Pemerintah Kabupaten Bantul mendorong dengan aneka program dan kegiatan guna membudayakan kegemaran membaca telah banyak dilakukan. Misalnya dengan penyediaan bahan bacaan, tempat membaca, termasuk perpustakaan atau taman bacaan. Pengembangan dan pemanfaatan perpustakaannya juga telah dikelola secara mandiri oleh masyarakat, hal tersebut merupakan inisiatif dari masyarakat yang berkembang di berbagai tempat karena membaca sudah menjadi kebutuhan mereka, jelas Bupati.

(rch)

Berbagi:

Pos Terbaru :