Ibu adalah soko guru. Itu artinya, kendati hampir seluruh negara di dunia merayakan Hari Ibu, perayaan Hari Ibu di Indonesia punya makna sendiri. Setiap Hari Ibu tiba, perayaan yang dilakukan bukan sekonyong-konyong menyoroti peran domestik para perempuan. Sebagai soko guru atau pilar dari peristiwa penting, nyatanya kiprah perempuan dalam pembangunan di Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata.
Jika diputar ulang pada 95 tahun lalu, perempuan Indonesia telah menunjukkan semangat dan dorongan kuat untuk turut berjuang demi mewujudkan Indonesia yang merdeka, makmur dan sejahtera. Kebulatan tekad ini tertuang dalam Kongres Perempuan Indonesia ke-1 pada 22 Desember 1928.
Dalam kurun waktu 95 tahun, perjuangan perempuan Indonesia terus berlanjut. Di era saat ini, perjuangan perempuan lebih kompleks. Salah satunya adalah kesetaraan gender yang belakangan jadi isu yang kerap digaungkan. Masih ada sejumlah faktor yang seolah-olah menjadikan perempuan jauh berada di belakang laki-laki.
“Pola pikir, pola budaya, dan kebiasaan yang sebenarnya jadi akar permasalahan yang menjadikan posisi perempuan berada di belakang kaum laki-laki. Pola pikir dan budaya macam ini yang menyebabkan kaum perempuan kurang percaya diri tampil di depan. Sehingga kaitannya dengan ketidaksetaraan gender, ada faktor eksternal sekaligus internal yang menghambat dirinya sendiri,” tutur Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam puncak perayaan Hari Ibu di Bangsal Kepatihan, Rabu (20/12/2023).
Oleh sebab itu, tema besar nasional Hari Ibu tahun ini, yakni Perempuan Bedaya, Indonesia Maju, sangat relevan terhadap perjuangan perempuan masa kini. Selain sebagai bentuk penghargaan atas kiprah perempuan Indonesia selama ini, hal ini juga merupakan dorongan bahwa perempuan berhak dan wajib untuk bangkit, tumbuh, dan berkembang.
“Mari bersama-sama terus kita perbaiki pola pikir dan pola kebiasaan terkait peran dan posisi perempuan. Tingkatkan penghargaan terhadap perempuan, terutama terhadap dirinya sendiri. Yang tidak kalah penting, jangan pernah lupa bahwa meski kemajuan perempuan adalah tanggung jawab seluruh komponen bangsa, namun kunci utama keberhasilan tersebut ada pada kaum perempuan itu sendiri,” imbuh Sultan.
Sejalan dengan hal tersebut, Ketua TP PKK Kabupaten Bantul, Emi Masruroh Halim yang turut menghadiri puncak perayaan Hari Ibu DIY, berpesan agar perempuan-perempuan Indonesia menjadi perempuan yang bedaya.
“Perempuan-perempuan Indonesia, harus menjadi perempuan yang berdaya. Sehingga ketika perempuan kita berdaya, maka Indonesia akan sejahtera. Dan karena perempuan, Ibu juga soko guru sebuah negara, maka keluarganya juga akan sejahtera,” tutur Emi. (Els)