Generasi Z Golput, Siapa yang Rugi?

Menggunakan hak pilih dalam Pemilu di Indonesia adalah pilihan, bukan kewajiban. Kendati demikian, memutuskan untuk golput alias melewatkan kesempatan untuk menyumbangkan suara saat Pemilu sangat disayangkan. 

“Kalau golput, yang rugi kita sendiri. Memilih adalah hak warga negara, hak konstitusi yang diatur. Untuk generasi Z dan milenial, sebisa mungkin untuk tidak golput. Karena satu suara menentukan sekali bagaimana nasib bangsa lima tahun ke depan, atau bahkan lebih jauh dari itu,” ujar Ketua KPU Bantul, Joko Santosa, saat ditemui di pendopo KPU Bantul, Jumat (26/1/2024).

Joko tidak sekali dua kali menyebut soal generasi Z dan generasi milenial. Dalam kontestasi politik, generasi Z dan milenial memiliki peran krusial. Pada Pemilu 2024 ini saja, jumlah pemilih pemula yang didominasi generasi Z dan milenial mencapai lebih dari 30% dalam skala nasional. Untuk Kabupaten Bantul, total pemilih pemula sejumlah 110.074 atau 19,3% dari daftar pemilih tetap yang ada. Jumlah ini sangat mempengaruhi bagaimana nantinya konsolidasi demokrasi di Bantul.

Pentingnya posisi pemilih pemula mendapat perhatian tersendiri bagi KPU Bantul. Itulah mengapa KPU Bantul memiliki program pendidikan pemilih khusus untuk mereka. Salah satunya menggandeng Disdikpora, Kesbangpol, dan Diskominfo untuk menyelenggarakan pemilihan Ketua OSIS yang dikemas sebagaimana Pemilu yang sesungguhnya. Program ini telah berjalan bertahun-tahun. Sebab membentuk idealisme pemilih yang cerdas bukan perkara instan, bak investasi agar demokrasi di Indonesia tidak mati.

“Selama ini pemilih itu seolah-olah tidak dapat berdaulat karena berbagai pengaruh. Ada yang transaksional, ada yang karena paras, muka, dan sebagainya. Nah, pemilih pemula ini kebanyakan punya daya kritis tinggi. Pola pikir mereka beda dengan generasi terdahulu. Kecerdasan dan idealisme mereka ini menentukan siapa sebenarnya yang harus dipilih. Jadi sekali lagi, sayang sekali kalau golput,” imbuh Joko Santosa.

Pendidikan pemilih bagi generasi Z dan milenial yang dilakukan KPU Bantul juga bertujuan agar generasi ini mampu memberi pengaruh baik di lingkungan sekitar. Generasi mereka adalah generasi yang lekat dengan teknologi. Gadget dan media sosial rasanya sudah jadi konsumsi sehari-hari. Generasi ini, adalah generasi yang menguasai jagad maya, di mana arus informasi hilir mudik sedemikian deras.

“Kita tahu Pemilu 2019 itu dihadapkan pada isu hoax yang luar biasa. Pemilih pemula yang kita harapkan dapat menyebarkan informasi-informasi positif. Mereka adalah agen yang menyebarkan bahwa Pemilu itu sarana integrasi bangsa, pesta rakyat yang membahagiakan. Jangan malah kemudian Pemilu menimbulkan permusuhan,” beber Joko.

Sebagai pamungkas, Joko Santosa menekankan demokrasi di Indonesia haruslah bermartabat. Ia mengimbau para pemilih untuk menggunakan hak pilih secara bijak. Kuasa pemilih inilah yang nanti menentukan kepada pundak siapa amanah sebagai pemimpin bangsa dijalankan. “Kalau 14 Februari itu dikenal sebagai hari kasih sayang, kami dari KPU mengajak, khusus tahun ini ayo di tanggal tersebut kita rayakan bersama-sama di bilik suara,” pungkasnya sumringah. (Els)

Berbagi:

Pos Terbaru :