Menjelang Puncak Hari Jadi, Bagaimana Kisah Berdirinya RSUD Panembahan Senopati?

Sehat semuanya? Dua kata ini adalah tanya pertama yang dilontarkan Wakil Bupati Bantul, Joko Purnomo, sebelum melepas peserta jalan sehat sebagai rangkaian hari jadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati, Minggu (3/4/2024). Mengapa sehat? Barangkali ini adalah diksi sederhana. Tapi perkara sehat adalah persoalan kompleks karena menyangkut kualitas hidup manusia.

Pemerintah Kabupaten Bantul senantiasa lantang menyuarakan cita-cita agar masyarakat Bantul layak hidup sehat lahir dan batin. Karena sehat berdampak pada aktivitas sehari-hari, bersinggungan dengan energi dan stamina yang dibutuhkan untuk menjalani kegiatan seharian penuh, dan sebagainya. 

Ada banyak langkah dan upaya untuk mencapai hidup sehat. Di Kabupaten Bantul, salah satu institusi yang berkiprah cukup panjang dalam mendukung kesehatan masyarakat Bantul adalah keberadaan RSUD Panembahan Senopati. Secara khusus, Wakil Bupati Bantul mengucap terima kasih atas dedikasi RSUD Panembahan Senopati di sela-sela sambutannya.

“Kami atas nama Pemerintah Kabupaten Bantul mengucapkan terima kasih banyak atas dedikasi dan pengabdian yang diberikan oleh RSUD Panembahan Senopati kepada masyarakat Bantul selama ini,” tuturnya.

Soal dedikasi, memang tidak kaleng-kaleng. Pada tahun 2022, RSUD Panembahan Senopati mengikuti akreditasi Rumah Sakit versi terbaru oleh Komisi Akreditasi RS dan berhasil lulus Paripurna. Tapi tentu saja pencapaian ini tidak diraih instan. Perjalanan panjang dan evaluasi tak luput dilakukan agar pelayanan dan pengabdian selalu mengalami peningkatan.

Sebelum banyak dikenal masyarakat dengan jenama RSUD Panembahan Senopati, Rumah Sakit ini lebih familiar dengan sebutan Rumah Sakit Jebugan mengingat lokasinya berada di wilayah Jebugan, Bantul. Ditarik jauh lebih mundur pada tahun 1953, Rumah Sakit ini mulanya adalah Rumah Sakit Hongeroedem (HO). Hal ini dilatarbelakangi karena pada tahun tersebut, banyak masyarakat terpapar Hongeroedem atau busung lapar. Barulah pada tahun 1957, Rumah Sakit ini diresmikan menjadi Rumah Sakit Kabupaten berkapasitas 60 tempat tidur.

Pengembangan-pengembangan pun terus dilakukan. Hingga pada tahun 1978, Rumah Sakit Kabupaten naik kelas sebagai RSUD kelas D. Lima belas tahun kemudian, barulah RSUD ini diakui sebagai RSUD kelas C dengan berbagai peningkatan layanan yang dilakukan.

Tak berhenti sampai pada RSUD kelas C, Rumah Sakit ini bercita-cita untuk mandiri agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat berkembang lebih cepat. Hal ini akhirnya terwujud dengan ditetapkannya RSUD Kabupaten Bantul sebagai Rumah Sakit Swadana Daerah dengan penetapan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2002.

Usai penetapan tersebut, RSUD berupaya mengelola rumah sakit secara entrepreneurship. Oleh sebab itu, dibutuhkan perubahan pola pikir pelayanan dari birokratik menuju pelayanan yang berfokus pada pelanggan. Gebrakan ini dimulai dengan memberi nama Rumah Sakit menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Kabupaten Bantul pada tanggal 29 Maret 2003. Tanggal ini sekaligus menjadi patokan hari jadi yang diperingati setiap tahun. (Els)

Berbagi:

Pos Terbaru :