Ragam tradisi budaya di Kabupaten Bantul masih lestari sampai saat ini. Bukan hanya pemerintah, namun masyarakat memegang peran strategis dalam menjaga warisan leluhur kita. Begitu pula dengan tradisi Rasulan yang sejak ratusan tahun silam hidup di tengah masyarakat Jolosutro.
Pada Senin (12/9) berlokasi di lapangan Jolosutro, Srimulyo, Piyungan digelar tradisi Rasulan atau yang biasa disebut sebagai upacara kupatan oleh masyarakat setempat. Tradisi ini adalah wujud syukur pada Alloh atas limpahan berkah yang diberikan pada pertanian mereka.
Upacara ini mulai dikenalkan pada masa Sunan Geseng. Rasulan ini digelar setiap tahunnya pada Senin legi di bulan Sapar selepas waktu dzuhur. Layaknya upacara yang lainnya, aneka uba rampe disiapkan seperti nasi gurih, ingkung, serta aneka jajanan pasar. Uba rampe tersebut ditempatkan di dalam jodhang yang disiapkan oleh masing-masing RT.
Lurah Srimulyo, Wajiran, mengungkapkan, Kupatan Jolosutro ini mampu menunjukkan semangat membangun masyarakat dengan basis gotong royong.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Bantul, Nugroho Eko Setyanto, mengatakan bahwa Upacara Kupatan Jolosutro adalah warisan budaya tak benda yang diakui secara nasional sejak tahun 2021 lalu.
Dirinya berharap acara ini dapat terus digelar setiap tahunnya sebagai wujud pelestarian budaya dan kebersamaan masyarakat. "Dalam upacara ini ada nilai luhur yang harus terus dikembangkan sebagai ciri atau identitas dari masyarakat di Jolosutro," pungkasnya.